TEORI EKONOMI MENURUT NEOKLASIK
Teori ini dikembangkan oleh Robert M.
Solow (1970) dan T.W Swan (1956). Model Solow-Swan menggunakan unsur
pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan besarnya output
yang saling berinteraksi. Teori ini menggunakan model fungsi produksi yang
memungkinkan adanya subtitusi antara kapital dan tenaga kerja. Hal ini
memungkinkan fleksibilitas dalam rasio modal output dan rasio modal-tenaga
kerja. Teori Solow- Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat
menciptakan keseimbangan sehingga campur tangan pemerintah tidak diperlukan.
Campur tangan pemerintah hanya sebatas pada kebjakan fiskal dan moneter
(Tarigan, 2006).
Dalam hal ini, peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan daerah karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial yang diinginkan. Namun,demikian, teori ini memberikan dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan dan mobilitas faktor produksi. Artinya sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bisa mengatur tanpa pembatasan. Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju ke daerah yang berupah rendah (Arsyad, 1999).
Dalam hal ini, peranan teori ekonomi Neo Klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan daerah karena teori ini tidak memiliki dimensi spasial yang diinginkan. Namun,demikian, teori ini memberikan dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan dan mobilitas faktor produksi. Artinya sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bisa mengatur tanpa pembatasan. Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju ke daerah yang berupah rendah (Arsyad, 1999).
Robert
Solow menekankan perhatiannya pada pertumbuhan output yang akan terjadi atas hasil kerja dua faktor input utama,
yaitu modal dan tenaga kerja. Yang termasuk faktor modal antara lain peralatan,
bangunan, mesin, komputer, bahan baku, dan uang. Sementara ini faktor teknologi
diasumsikan sebagai faktor yang konstan.
Q = F(C.L)
Dimana: Q = Jumlah
yang dihasilkan, F = Fungsi, C = Modal, L = Tenaga Kerja
Dalam bentuknya yang lebih formal, model pertumbuhan Neo Klasik Solow memakai fungsi agregat standar (Todaro dan Stepehen C. Smith, 2006) :
Dalam bentuknya yang lebih formal, model pertumbuhan Neo Klasik Solow memakai fungsi agregat standar (Todaro dan Stepehen C. Smith, 2006) :
Y = Produk Domestik Bruto
K = stok modal fisik dan modal manusia
L = tenaga kerja non terampil
A = konstanta yang merefleksikan tingkatan tekonologi dasar
eµt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi
a = melambangkann elastisitas output terhadap model, yaitu persentase kenaikan PDB yang bersumber dari 1% penambahan modal fisik dan modal manusia.
Menurut teori
pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari
satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yaitu kenaikan kualitas dan kuantitas
tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan
teknologi (Todaro dan Stepehen C. Smith, 2006).
Harrod-Domar penambahan modal akan meningkatkan kemampuan
menghasilkan barang dan menaikkan permintaan efektif. Kemampuan investasi masyarakat
sangat ditentukan oleh permintaanagregat yang berdaya beli dari
masyarakat. Keinginan berinvestasi masyarakat juga ditentukan oleh Marginal
Effisiency of Capital (MEC),
yaitu perbandingan pertumbuhan satu unit input modal dengan
pertambahanoutput-nya.
Posting Komentar